Text
Perlawanan Atas Diskriminasi Rasial-Etnik : konteks sosial-ekologis kritik sastra peranakan Tionghoa tahun 1970-an dan tahun 1980-an
Sastra Peranakan Tionghoa yang muncul sejak akhir abad XIX hingga pertengahan abad XX, sebagaimana ditemukan oleh Salmon (1985:xv), berjumlah 3005 buah, hampir empat kali jumlah karya sastra dihasilkan oleh Balai Pustaka, yang jumlahnya tidak lebih dari 770 buah. Namun demikian, Sastra Peranakan Tionghoa ini tidak banyak dikenal secara luas, sebagai bagian dari Sastra Indonesia. Salah satu sebabnya, sebagai bahan pelajaran di sekolah, yang disebut Sastra Indonesia Modern adalah Sastra Balai Pustaka. Di luar itu, yang diperhitungkan adalah Sastra Daerah: Jawa, Sunda dan sebagainya. Seperti halnya konsep keindahan dalam seni rupa di Barat sebagaimana ditulis oleh Lakoff (1984:21-44) dalam bukunya Face Value: The Politics of Beauty, keterterimaan formal Sastra Balai Pustaka erat kaitannya dengan hegemoni ideologi yang ada di belakangnya.
Jumlah itu, jika diamati dengan cermat akan menampakkan kenyataan faktual bahwa di antara karya sastra ada pula tulisan yang dapat digolongkan sebagai Kritik Sastra Peranakan Tionghoa. Secara khusus, hingga buku ini ditulis, Kritik Sastra Peranakan Tionghoa belumlah mendapat kesempatan dibahas dan diteliti secara tuntas. Itulah sebabnya, Kritik Sastra Peranakan Tionghoa ini dipilih sebagai fokus pembahasan dalam buku ini.
Tidak tersedia versi lain