Text
Perspektif Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati biasanya identik dengan kepunahan spesies karena isu ini yang dianggap paling seksi diangkat oleh media, apalagi jika terkait dengan satwa kharismatik (flagship) yang terancam punah, seperti harimau, badak, gajah, orangutan, beruang, penyu, paus, dugong, hiu, dan sebagainya.
Istilah keanekaragaman hayati berasal dari Bahasa Inggris ‘biodiversity’ (dalam Bahasa Indonesia sering juga disebut biodiversitas) yang merupakan singkatan dari biological diversity. Istilah ini memiliki sejarah panjang dalam penggunaannya, tetapi awal kebangkitannya muncul pada tahun 1980 melalui publikasi tiga orang pakar, yaitu Lovejoy, Norse, dan McManus.
Istilah biodiversity mulai populer tahun 1988 ketika E.O Wilson (sebagai editor) mempublikasikan prosiding berjudul Biodiversity yang merupakan hasil dari konferensi ‘National Forum on BioDiversity’ yang dilaksanakan pada tahun 1986 di Washington D.C (Harper dan Hawksworth, 1994). Publikasi Biodiversity ini kemudian menjadi sangat terkenal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dimana hampir semua kalangan menjadikannya sebagai topik perbincangan.
Beberapa pakar telah mendefinisikan keanekaragaman hayati, namun definisi yang diterima secara luas adalah definisi yang disepakati dalam Conventions on Biological Diversity (CBD) tahun 1992. Menurut CBD, keanekaragaman hayati adalah keragaman di antara organisme hidup dari semua sumber termasuk, antara lain, ekosistem darat, ekosistem laut dan ekosistem akuatik lainnya, serta kompleks ekologi yang menjadi bagiannya; ini termasuk keanekaragaman dalam spesies, antar spesies dan ekosistem. Sebagai catatan, keragaman ‘antar spesies’ pada definisi CBD ini sering diterjemahkan sebagai keragaman genetik.
Dengan definisi tersebut, maka konsep keanekaragaman hayati bukan hanya tentang spesies, tapi juga mencakup genetik dan ekosistem. Dalam perspektif yang lebih luas, Kartodihardjo (2020) bahkan menyebutkan bahwa keanekaragaman hayati mencerminkan juga keragaman bahasa, etnis, agama, hingga jenis makhluk hidup yang beragam-ragam bersaling-silang membentuk sebuah siklus yang saling terkait dan bergantung.
Buku ini menggambarkan berbagai perspektif dalam melihat keanekaragaman hayati, termasuk dari perspektif ekonomi dan bisnis, politik dan kebijakan, perubahan iklim, ekosistem, spesies, sumber daya genetik, dan sebagainya.
Tidak tersedia versi lain