Text
Rakyat Miskin Kota Menulis Riwayatnya Sendiri : lima tahun rakyat miskin kota
Indonesia sedang menjadi mimpi buruk kita bersama. Sebuah dunia dengan kurcaci-kurcaci yang selalu dikorbankan dan dibantai oleh kekerasan, terror dan keserakahan. Para punakawan yang dijejali janji untuk kemudian dengan mudah diingkari dan dikhianati. Sebuah negeri kata-kata yang menyihir tanpa memecahkan masalah. Kata bukan lagi kekuatan pengubah tetapi penggembung ego dan perusak - merusak relasi, merusak hati, menjadi teror sosial. Kata menjadi tempat menyimpan bualan.
Tetapi Indonesia juga satu keajaiban. Rakyat di akar rumput punya banyak jalan dan kearifan untuk tidak menyerah atau patah. Ada luka dalam yang membutuhkan momentum katarsis tetapi tak kunjung mendapatkan muaranya. Ada kesempitan yang mencekik. Ada kesia-siaan yang dipelihara walaupun menyiksa. Ada kesombongan yang memancing amarah mereka.
Ada limbah hitam yang mencekik dan berusaha membunuh. Tetapi rakyat seperti mata ketiga yang tidak pernah tidur. Aliran sungai yang tak pernah lelah untuk mengalir dan menemukan jalannya menuju lautan luas yang membebas kan. Di kampung-kampung miskin di Jakarta, komunitas pemulung di TPA (tempat pembuangan akhir sampah) Makassar, di tepian Musi di Palembang, di pinggir hutan Matalibaq, di punggung-punggung gunung Merbabu, Sumbing dan Merapi, di Stren Kali Surabaya, di banyak kota, para perempuan, lelaki, dan anak-anak, rakyat miskin, dengan lentur dan liat bertahan - memelihara kehidupan bersama, kebutuhan dasar, kemanusiaannya.
Dualitas yang selalu membelah: formalitas vs informalitas, modern vs tradis- ional, penguasa vs rakyat, kaya vs miskin, orang asli vs pendatang, kota vs desa, lelaki vs perempuan, pusat vs periferi, yang pertama mendominasi dan mengalahkan yang kedua. Dalam realitas sosial politik dan ekonomi kita, diko- tomi ini telah selalu menempatkan rakyat akar rumput di garis margin, obyek yang dimanipulasi dan dilemahkan. Dualitas yang menindas ini harus diubah menjadi kebersamaan yang saling mengisi. Karena keduanya sesungguhnya satu, tidak mungkin satu ada tanpa lainnya.
Tidak tersedia versi lain