Text
Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati : pertaruhan bangsa yang terlupakan
Berbicara mengenai produksi dan distribusi pangan, orang cenderung mengkaitkannya dengan perdagangan pangan dan politik ekonomi pemerintah dalam mengontrol stok dan harga dasar pangan. Pengkaitan itu selain menaruh harapan terselenggaranya kecukupan pangan bagi seluruh rakyat pada gantungan yang rentan fluktuasi harga dan ketersediaan pangan dunia, juga mengekspose rakyat pada kemungkinan menjadi korban politisasi pangan oleh negara. Rangkaian tulisan yang membentuk gagasan yang utuh dan jelas benang merahnya ini mengkritisi politisasi pangan seraya memberikan berbagai pandangan alternatif yang termasuk baru dan segar tentang bagaimana seharusnya kecukupan dan ketahanan pangan dikelola.
Menurut berbagai pandangan alternatif tersebut, kebutuhan akan kecukupan pangan hendaknya ditaruh pada pundak kemampuan rakyat sendiri. Oleh karena itu, tehnologi termasuk rekayasa genetika yang merupakan intervensi teknis pada bioekologi harus dikritisi dan dinilai boleh tidaknya pada kriteria: (1) tidakkah tehnologi modern tersebut mengancam kemampuan keberlanjutan sistem produksi dan distribusi pangan yang sudah ada dalam kontrol rakyat; (2) mampukah tehnologi modern tersebut menebus produk- produk buangan atau eksternalitas, sehingga ongkos yang dibebankan pada alam semesta diberi ganti rugi sepadan dengan ongkos untuk pelestarian lingkungan. Unsur-unsur yang mampu menjamin dan menopang kedua kriteria itu adalah kearifan lokal dan keanekaragaman hayati. Kearifan lokal adalah kecerdasan dan strategi-strategi pengelolaan alam semesta yang berwajah manusia dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad-abad teruji oleh berbagai bencana dan kendala alam serta keteledoran manusia. Sedangkan keanekaragaman hayati adalah kekayaan komunal rakyat setempat yang dilestarikan dan dijaga oleh mereka dengan segala macam budaya, awing- awing, larangan-larangan, selama beribu-ribu tahun. Dari kekayaan itu, manusia mampu bertahan dan tetap lestari hidupnya. Kedua sumber daya itu merupakan pertaruhan hidup matinya bangsa: persediaan pangan yang cukup bagi semua manusia. Sayangnya, pertaruhan hidup mati bangsa itu sering terlupakan.
Buku ini hendak menggugah generasi reformasi, generasi muda maupun mereka yang sadar butuh reformasi, butuh pemudaan, agar mereka mulai menyelesaikan persoalan hidupnya (pangan) dan harta kekayaan yang mereka punyai dan masih mereka kontrol. Hanya dengan cara itu, libasan globalisast ekonomi berkenaan dengan pangan dapat mereka hindarkan. Satu yang mereka butuhkan ialah pepatah-petitih berikut: tidak ada modal yang handal selain yang sudah kita punya tkeanekaragaman hayatı), tidak ada kepandaian yang tahan uji selain yang berabad-abad lamanya telah selamat mengarungi berbagai hempasan ombak jaman (kearifan lokal).
Tidak tersedia versi lain