Text
Perlawanan Rakyat di Hutan Kalimantan : kumpulan berita tentang perlawanan masyarakar adat di Kalimantan terhadap HPH, HTI, dan pertambangan
Seorang teman pernah bercerita tentang masa kecil yang sangat mengesankan hidupnya. Ayahnya, seorang petani di pedalaman Ketapang Kalbar, sesekali mengajaknya berburu ke hutan. Berlama-lama mereka mencermati gerak burung enggang yang sedang bertengger di puncak pohon tinggi, untuk mencari tahu dimana burung itu membuat sarang dan menetaskan telurnya. Setelah menge- tahui dimana lubang pohon tempat penetasan burung enggang itu, maka dipanjatlah pohon tersebut untuk mengambil anak burung berparuh panjang dan kuat itu.
Sementara itu, seorang teman Dayak dari Sanggau Ledo juga bercerita tentang harmonisnya hidup "diperkampungan" rumah panjang di dusun-dusun yang jauh dari hiruk pikuk kota. Dimana setiap harinya, untuk beli beras mereka tak pernah menggunakan duit. Mereka menukar beras dengan sepotong daging hasil buruan, atau dengan seonggok rebung rotan atau pun dengan ikan hasil mereka memancing. Namun, setelah 50 tahun lebih merdeka bersama-sama dengan wilayah lain di Indonesia ini, kondisi kedamaian dan kemakmuran penduduk asli itu menghilang. Wilayah "perburuan" penduduk asli semakin hari semakin menyempit. Burung-burung enggang yang dulu masih mudah didapat, kini kabur karena kehilangan dahan tempat berpijak dan takut oleh bunyi chainsaw yang meraung-raung setiap hari. Penduduk asli yang dulunya bisa dengan enak membuat ladang atau menanam tanaman pangan atau berburu di hutan-hutan yang mereka kehendaki, kini tak bisa lagi mereka lakukan. Hutan-hutan itu telah tertutup bagi penduduk asli lantaran telah dikapling-kapling dan dipasangi plang-plang kepemilikan HPH atau HTI. Sungai- sungai yang dulu mengalir di kampung, saat ini telah kering dan berubah menjadi "jalan tol" traktor maupun truk-truk pengangkut.
Penduduk asli terdesak, lahan kehidupan mereka semakin sempit. Dan sudah menjadi hukum alam, bahwa keterdesakan akan menimbulkan energi pemberontakan yang luar biasa. Dan itu yang sekarang sedang terjadi di pedalaman Kalimantan.
Tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan bukti bahwa penduduk asli di Kalimantan mulai bangkit. Mereka menolak kehadiran HPH, HTI dan kegiatan pe- nambangan yang hanya sedikit manfaatnya bagi mereka. Kini, hanya dua pilihan: mengubah kebijakan pengelolaan hutan atau menunggu kehancuran yang lebih besar.
Tidak tersedia versi lain